sang fajar


:cintaku yang jauh...

cinta itu engkau
serindu fajar
ketika lelapku tengah malam
membuat terjaga menjelang siang

kau selalu mengintip
bening di ujung usiaku
dihampa hatiku
luka-luka menjadi pelangi
dalam usiamu

sang fajar itu engkau
lahir dari rinduku
biarlah airmata jatuh, dalam ketakpahamanmu
dimana hidupmu bukan untuk siapa
sinar kecil cukup menuntun jejak
dan memberi arti dunia yang terang menderang

Read more...

di kamar


kupancangkan terali besiku
pada serat kayuku

tersembur air mata warna darah
mengalir dan mengaliri
dari hulu ke hilir
tak bermuara
untuk kelaut

yang mengembun setiap malam
diatas rambut dan ujung kaki

setiap tetes ku teguk
dihalaman kamarku.

mei-agst 1991

Read more...

doa sekuntum kembang III

: Indonesiaku

pada musim mekar
tebarkan wangiNya
karena segala rindu
mengingat hal terlupa
sekitar warna-warni

kekalkan rupa hening
dalam pelangi
dipucuk ranting
mencari pusat makna
didasar-dasar jiwa
membangun taman
dari rasa teduh
gelora semerbak aroma

Negara, Januari 1992

Read more...

doa sekuntum kembang


Jika sajak cerita tentang halaman
onak tak tumbuh sekuntum kembang
semakin deras keinginan
melucuti rasa bertolak

Jika kuntum kembang
berupa cerita
berapa warna
mesti terhitung perbedaan
dan berapa hati akan luka
menyesali pergantian musim
nurani cinta

disitulah mengarungi ketakpahaman
begitu terlena kerinduan
seperti doa sekuntum kembang
:
dapat dikagumi aromanya
terkenang akan warnanya
tiada asing pada taman manapun

adalah bagian kesempurnaan
keindahan diatas tanah
bukan kepada siapa-siapa
hanya cinta
untuk itu Dia ada.

Negara, januari 1996

Read more...

mendulang cinta


Sudahlah kita ramu malam
satu wajan adonan
bunga cinta petikan silam
bercampur puntung rokok
hisapan bergilir

usap biru memar
sekujur hati dalam usia
sekedar menahan cuaca
berganti

atau serangga cemburu
penghisap darah manis ikatan
mari, sebelum kemarau
melahap rekah halaman
bisa dendam menyebar
Kawan ?

Negara, Jan 1991

Read more...

di ruang doa


Angin diketuaan musim
dimana-mana renta
terseok-seok
sakit tiap penghujung peralihan
akhirnya dongeng cinta mengambang

Seperti gulungan ombak mengayun cakar
mencabik jubah-jubah

disebuah ruang ini dialah

warna-warna dari pantul langit
tiada terukur jauhnya
merindangi
dan tak pernah berpihak
beri hal terbaik.

Negara, Juni 1995

Read more...

bertahun di pangkuan doa


Bertahun dipangkuan doa
mencari sisa tapak yang hilang
seluruh lekuk
rata bak tak berangan

Lentera berdebu tergeletak
menjadi usang
sejak pendakian mulai melelahkan

Jika mata tak sanggup menilai langit
atau meneropong asap seberang
darah jiwa menetes seharian
hanya doa-doa sedia berduka

Negara, Juni 1995

Read more...

pohon-pohon jalanan


Pohon-pohon tumbang tengah jalan
menjadi sampah kota
tentu perlu kau tusuk dadanya
dan perhatikan rupa hatinya
karena segala rasa menguap
berbaris di langit

Coba bayangkan rasa cintamu
hidup penuh arti
begitupun kematiannya
hari ini
mesti terhitung kumpulan kejujuran
dipungut dari letih laut

bukan menghajar arah
saat tanpa cahaya

Negara,juni 1995

Read more...

kemarau


kecintaan pada halaman
diburu masa sunyi
berlanjut kecumbuan kasih
terali diri tak terhindari

kuberi setangkai bunga segar
dan janji matahari..

Read more...

hanya doa-doa kita


mengapa segar sekejap menerpa
menghirup aroma bunga
mengusik taman halaman
memisah kesuburannya

Padahal gelora milik yang kekal
Ketakutan apa sebenarnya kita punya
Kemarahan angin tak memandang siapa
Keagungan benih percintaan

Berwujud apa cinta dibentuk
Sucinya mata air
tak memilih jernih keruh
mengaliri dan merambah
jiwa yang rendah....

Read more...

sebuah janji mawar


Suara keras belum sampai
menuntun jariku
dalam rekah sekuntum merah
hanya tumbuh di halaman

dan derita manapula
janji memetik
sewangi angin kau tebarkan
dari rongga madumu

Suara kerasku memantul
menampar kening
penuh guguran daun hitam
akan berangkat terbenam.

Read more...

sejarah purnama


Kubaca lalu kutulis
Kuhitung lalu kuhapalkan
Warna pelangi padanya
diurat-urat hujan kecil

Sesederhana puisi
Kutangkap hening
menggelapkan malam
Dan kuisi sejarah untuk purnama
Bercumbu paham tiap detak jantung
Gelora ombak seperti percintaan
terpendam masa lalu
mempertemukan wajah
di warna-warni
Seluruh arah
hingga dering telepon terakhir
menghentikan suara-suara
antar desa dipisah kali

Read more...

sebidang ladang


Di sela pagi adalah segunduk galian
Dari kaki
Bercampur humus lumpur
Sepotong serabut akar perawan
Yang menemani waktunya
Untuk memperpanjang harinya
Mengayun dalam batu
Mengayun!
Mengayun!
Sejajar tunas hijau
Berakhir tua.

Negara, mei-juni 92

Read more...

di langit pelangi


searah rintik hujan
bersatulah wajah-wajah
pada setengah cahaya
menterjemahkan setiap kerut

ada rindu yang mesti kau gali
dari rasa tak ter-urai kata
bukan merangkai bunga
mandi wanginya
di puncak-puncak gunung
selalu terkubur awan

ada kebisuan kucatat
ada kegelisahan
di persimpangan senjamu
semua berjanji
tumbuh dalam cinta

jika cahayapun terkubur
akhirnya meraba
mencari jejak

Negara, okt 94

Read more...

kamar


saat langit kamar gelap
ku bunuh sunyi
dengan barisan ziarah kata
karena ia selalu mencari
ruang gerak sambil menguak pintu
mencairkan suhu
berhimpitan melahirkan matahari
sempurna kesunyian jadi borok
menganga


Negara, 1994

Read more...

di sebuah panggung


: Kawan Bali barat

Disebuah panggung
menjadi si penabur kembang
ternyata sangsi tentang aroma
bukan kelupaan memilih warna

Dimana lagi pusat dahaga
tetapi pengakuan tulus
dialah kita berseru

Akankah esok ada pagi
bila mati malam ini
mari putuskan
lewat sepercik bunga api
di kegelapan ruang
Akupun selalu terjaga
menjelang siang hari

Dibilah-bilah bambu
terpaku
noda karat cukup menggenang

Read more...

siang hari


suara gemericik air
sayup-sayup membuka sejarah
ditebing siang ini
Itukah engkau?
mengeja malam lalu
dari kesederhanaan hasrat pagi mejelang

biar, jangan kau panggil kembali
sekecil apapun namaku
lewat air ataupun angin
membuat kau semakin hapal
doaku
menghapus segala rindu.

Negara, September1992

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP